Selasa, 24 Januari 2012

ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Serologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur diagnostik dan eksperimental yang berhubungan dengan imunologi dan menyangkut reaksi-reaksi serum.Tes-tes serologi ini digunakan untuk; Identifikasi mikroorganisme-mikroorganisme, dan menunjukan antibodi didalam serum dari hospes pada penyakit-penyakit tertentu dimana penyebab penyakit tidak dapat diisolasi, penemuan spesifik antibodi adalah penting sekali untuk membantu diagnosa. Salah satu teknik serologi yang bersifat lebih sensitif dibandingkan dua metode serologi yang diuraikan terlebih dahulu. Enzyme linked immunisorbent assay, disingkat ELISA.
Metode pengujian ini mulai berkembang sejak tahun 1971. ELISA merupakan suatu metode pengujian serologi yang melekatkan kompleks ikatan antara antibodi dengan antigen di dalam sumuran plate ELISA yang terbuat dari bahan plastik (Dijkstra et al. 1998). ELISA telah banyak mengalami peubahan sejak pertama kali teknik ini dipublikasikan ciri utama teknik ini adalah dipakai indikator enzim untuk reaksi imunilogi. ELISA telah berkembang sampai pada tingkatan yang sangat sulit untuk membuat generasi tentang kemampuan kinerja berbagai konfigrasi. Konfigurasi yang paling umum mengunakan substrat padat.
ELISA singkatan dari “Enzim-Linked Immunosorbent Assay.” Ini adalah tes immunochemical cepat yang melibatkan sebuah enzim (protein yang mengkatalisis suatu reaksi biokimia). Juga melibatkan antibodi atau antigen (kekebalan molekul). Tes ELISA digunakan untuk mendeteksi zat yang memiliki sifat antigenik, terutama protein (sebagai lawan dari molekul kecil dan ion seperti glukosa dan kalium. Beberapa di antaranya adalah hormon, bakteri antigen dan antibodi.

Selasa, 26 Mei 2009

VARIASI SOMAKLONAL

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyediaan bibit dalam pengembangan suatu tanaman atau dalam suatu proses produksi merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Proses prosuksi skala besar seperti perkebunan akan memerlukan bibit dalam jumlah besar, bibit dari varietas unggul, seragam, bebasdari hama dan penyakit, serta penyediannya kontinyu.
Bibit dari suatu varietas unggul yang dihasilkan pemulia tanaman jumlahnya sangat terbatas, sedangkan bibit yang dibutuhkan sangat banyak. Beberapa tanaman holtikultura, tanaman pangan, maupun kehutanan banyak yang sulit diperbanyak dengan cara konvensional baik secara vegetative maupun generative. Selain itu bila diperbanyak dengan cara cangkok, stek, atau penempelan mata tunas memerlukan bahan tanaman yang sangat besar untuk mendapatkan bibit dalam jumlah besar.
Dengan berkembangnya teknik kultur jaringan, kendala dalam multiplikasi untuk beberapa jenis tanaman dapat diatasi. Teknik kultur jaringan ini pada mulanya ditujukan untuk membuktikan kebenaran toeri totipotensi, yang selanjutnya berkembang untuk penelitian dibidang fisiologi tanaman, dan biokimia.
Pada hakekatnya teori totipotensi ini tidak salah tetapi pada kenyataannya telah dapat dibuktikan adanya penyimpangan dari pembelahan sel, dampak yang diperoleh dari kejadian tersebut adalah terjadinya variasi kromosom didalam jenis tanaman yang sama, jumlah khromosom yang berkurang, somatic yang menyusut dan subtitusi khromosom. Akibat dari kejadian-kejadian inilah yang menyebabkan terjadinya variasi somaklonal.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah :
1. Menambah ilmu pengetahuan tentang bioteknologi tanaman.
2. Memahami lebih dalam tentang apa itu “Variasi Somaklonal”.
3. Memenuhi tugas dalam mata kuliah bioteknologi tanaman.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik yang dihasilkan melalui kultur jaringan. Keragaman somaklonal berasal dari keragaman genetic eksplan dan keragaman genetic yang terjadi dalam kultur jaringan, keragaman genetic pada eksplan disebabkan adanya sel bermutasi, Keragaman genetic yang terjadi didalam kultur jaringan disebabkan oleh penggandaan kromosom, perubahan struktur kromosom, perubahan gen maupun perubahan sitoplasma.

a. Teknik Mendapatkan Somaklonal
Ada tiga cara untuk mendapatkan tanaman somaklonal yaitu : (1) Regenerasi langsung, (2) Kultur sel tunggal, (3) Kultur protoplasma.

1. Regenerasi langsung
Dengan regenerasi langsung dimaksudkan bahwa dari eksplan langsung diregenerasi tunas adventif dan embrio somatic tanpa melalui sel tunggal.

1.1 Cara regenerasi langsung
Eksplant Tunas adventif Tanaman atau embrio
Eksplant Kalus Tunas adventif Tanaman atau embrio
Pada cara ini pemilihan eksplan dan media memegang peranan penting. Pemilihan eksplan untuk mendapat keragaman genetic juga penting didalam proses morfogenesis, media terutama untuk menghasilkan tunas atau embrio somatic. Pada tanaman kentang eksplan yang berasal dari daun lebih banyak memberikan keragaman genetic dari bagian eksplan lainnya. Keragaman somaklonal dapat ditingkatkan dengan pemberian mutagen pada eksplan, baik secara fisik maupun secara kimia. Pemberian mutagen pada eksplan akan menghasilkan mutan utuh ( solid mutan ) sedangkan pemberian mutagen pada kalus akan menghasilkan mutan parsial ( chimeric mutan ), pemuliaan in vitro dengan cara regenerasi langsung relative lebih mudah dibandingkan cara in vitro lainnya. Cara ini dapat dilakukan pada berbagai jenis bunga seperti : mawar, garbera, dianthus, anthurium, petunia, dll.
2. Kultur sel tungal
Prosedur seleksi melalui kultur sel dimulai dari penanaman dan pemilihan eksplan, induksi kalus, isolasi sel, penebaran sel, induksi tunas adventif, dan pemindahan kelapangan, genotip dan umur tanaman untuk dijadikan eksplan sangat menentukan proses selanjutnya ( pembentukan kalus dari regenerasi tunas ). Selain factor eksplan, factor media sangat menentukan keberhasilan organogenesis. Mulai dari penanaman eksplan sampai perakaran tunas terdapat enam macam media, yang terutama berbeda didalam komposisi ZPT .
Organogenesis tidak selalu membentuk tunas adventif atau embrio somatic, tetapi kadang-kadang juga akar, pada umumnya jika terbentuk akar sukar untuk berorganogenesis menjadi tunas kembali. Pada kultur sel tunggal, sel yang ditebar itu harus sel-sel yang mempunyai viabilitas tinggi dan berkemampuan untuk membelah, karena itu sebelum sel ditebar perlu diuji dengan viabilitas sel (pewarnaan dengan FDA), seleksi sel dan perhitungan jumlah sel per ml, sel-sel itu bisa ditebar dengan kepadatan 4-6 x 100.000 sel/ml, menyaring sel adalah untuk memisahkan sel-sel yang besar yang biasa mempunyai vakuola yang besar dan sitoplasma yang sedikit, sel yang demikian tidak mampu untuk membelah membentuk agregat sel. Hanya sel-sel dengan sitoplasma yang penuh (ukuran sedang) yang mampu membelah dan membentuk agregat dan kalus dan selanjutnya membentuk tunas adventif. Tekanan seleksi sudah dapat dilakukan mulai dari penebaran sel.
Tekanan seleksi pada tingkat sel ini hanya berlaku pada sifat-sifat ketahanan terhadap penyakit, kadar garam yang tinggi dan sifat0sifat lain yang sudah diekspresikan pada tingkat sel. Seleksi ini sebaiknya dilakukan pada M4, karena kalus pada tingkat itu pada umumnnya berasal dari satu sel, seleksi pada tingkat sel perlu diperlakukan lagi pada waktu kalus itu telah menjadi tanaman untuk meyakinkan bahwa sifat yang ditampilkan pada tingkat sel juga ditampilkan pada tingkat tanaman.
Seleksi dengan mempergunakan kultur sel ini adalah cara yang diinginkan pada seleksi in vitro tanaman bunga. Kultur sel mirip dengan kultur protoplasma tapi jauh lebih sederhana dari kultur protoplasma.


3. Kultur protoplasma
Kultur protoplasma merupakan salah satu cara untuk memperbaiki major gen atau poligen yang defektif pada kultivar yang ada. Sifat-sifat dari major gen itu berupa ketahanan terhadap penyakit, toleransi terhadap stress dan sifat-sifat morfologi tertentu.
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki sifat beberapa jenis tanaman, terutama pada tanaman kentang, petunia, dan tomat, Sifat-sifat yang diperbaiki pada tanaman kentang berupa ketahanan terhadap penyakit, toleransi terhadap stress, bentuk dan warna kulit umbi serta sifat morfologis lainnya. Protoplas adalah sel yang telah dihilangkan dinding sel secara ensimatik atau sel telanjang.
Protoplas dipergunakan untuk memperbaiki tanaman melalui kultur protoplas, fusi protoplas dan transformasi, didalam kultur protoplas yang penting bahwa dapat diisolasi protoplas yang utuh, protoplas tersebut harus dapat membentuk dinding sel, kemudian membelah membentuk kalus dan meregenerasi tanaman.
Urutan didalam kerja protoplas adalah :
1. Penyiapan eksplan
2. Isolasi dan purifikasi protoplas
3. Penebaran protoplas
4. Rebenerasi protoplas kalus
5. Regenerasi planlet
Jenis eksplan yang dipergunakan untuk isolasi protoplas dapat berasal dari kultur suspensi, mesofil daun, kotiledon, hipokotil, tangkai daun, daun bunga, dan serbuk sari. Jenis eksplan ini dapat berasal dari in vivo atau in vitro. Pada umumnya dipergunakan eksplan in vitro dari kultur suspense dan kultur tunas.
Keuntungan dari eksplan in vitro adalah :
1. Eksplan tersebut steril.
2. Eksplan in vitro dikulturkan dan diinkubasikan pada keadaan optimum untuk menghasilkan protoplas serta proses organogenesis selanjutnya.
Isolasi protoplas dan purifikasi terdiri dari pelarutan dinding sel secara ensimatik dan pemisahan kotoranlain dari protoplasma dengan cara sentrifus. Sel tanaman terdiri dari selulose dan pectin sehingga enzim yang dipakai untuk menghilangkan dinding sel adalah selulose dan pektinase. Larutan yang dipergunakan untuk isolasi selain enzim, juga terdapat unsure hara dan osmotikum. Unsur hara untuk mempertahankan viabilitas protoplasma dan osmotikum untuk mencegah pecahnya protoplasma. Osmotikum umumnya terdiri dari gula (sukrosa, glucose dan gula alcohol).
Sesudah isolasi protoplasma dilakukan pengecekan viabilitas, perhitungan protoplasma dan pengenceran protoplasma. Viabilitas dilakukan denan cara mewarnai protoplas dengan FDA dan di teliti dibawah mikroskop. Perhitungan protoplas dilakukan dengan mempergunakan haemocymeter, perlu dilakukan pengenceran sebab sesudah isolasi itu kepadatan protoplas berkisar antara 100.000 dan 1000.000 protoplasma. Tiga sampai tujuh hari dalam media tebar, protoplas telah membelah dan membentuk agreat maka selanjutnya akan dipindah secara berurutan ke media p-kalus, media regenerasi tunas.
Media dasar yang dipergunakan untuk media kalus dan tunas adalah MS atau senyawa organik MS ditambah senyawa organic dari Nitsch dan Nitsch. Kadar sucrose dan ZPT berupa factor penentu didalam proses organogenesis. Kadar sucrose yang lebih tinggi dari 2% kadang-kadang menghambat pertumbuhan p-kalus, regenerasi p-kalus menjadi tunas sering membutuhkan sitokinin khusus seperti zeatin dan tidak dapat digantikan oleh BAP atai kinetin.
Intensitas cahaya tinggi (lebih dari 4000 luks) dan suhu sekitar 24 derajat celcius merupakan lingkungan inkubasi yang optimum untuk regenerasi p-kalus menjadi tunas. Untuk regenerasi protoplasma menjadi tunas membutuhkan waktu 12-16 minggu tergantung dari jenis tanaman dan genitofnya.
Tanaman regenerasi dari protoplasma menunjukkan keragaman genetic yang cukup tinggi. Umumnya keragaman ini dikarenakan perubahan kromosom dan perubahan gen. Keragaman ini lebih tinggi pada tanaman yang berasal dari protoplasma kultur suspense dari pada tanaman yang berasal dari protoplasma mesofil daun. Protoplasma juga dapat dipergunakan untuk memproduksi tanaman dengan ploidi yang lebih tinggi dari ploidi asal protoplasma.




BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik yang dihasilkan melalui kultur jaringan. Keragaman somaklonal berasal dari keragaman genetic eksplan dan keragaman genetic yang terjadi dalam kultur jaringan, keragaman genetic pada eksplan disebabkan adanya sel bermutasi, Keragaman genetic yang terjadi didalam kultur jaringan disebabkan oleh penggandaan kromosom.
Keragaman somaklonal dapat ditimbulkan dengan pemberian mutagen baik fisik maupun kimia, mutagen yang diberikan pada kalus akan membentuk mutasi parsial atau mutan chimeric sedangkan mutagen yang diberikan pada eksplan akan membentuk mutasi utuh atau solid mutan.
Ada tiga cara untuk mendapatkan tanaman somaklonal yaitu :
1. Regenerasi langsung
2. Kultur sel tunggal
3. Kultur protoplasma

B. SARAN
1. Hendaknya mahasiswa diberikan ulasan sedikit tentang topik yang akan dibahas.












DAFTAR PUSTAKA
Wattimena,Ga.dkk.1991.Bioteknologi Tanaman.Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.Bogor.
e.2008.Jurnal Biogen.Peningkatan Keragaman Genetik Melalui Variasi Somaklonal.